Minggu, 27 Januari 2013

Pengembangan Diri (Self Divelopment)

Sebenarnya, seperti apa sih metode pengembangan diri yang paling baik itu? Saat ini sudah menjamur training-training semacam ESQ, Emotional Intelligence, SIAWARE, dan lain-lain. Tapi, berdasar pengalaman saya, ada 4 cara yang bisa kita lakukan untuk mengembangkan diri kita, yakni mendengar, membaca, menulis, dan berbicara.
1.  Mendengar
Usahakan memiliki suatu forum sebagai tempat anda mendengar. Untuk siswa/mahasiswa, pastikan anda mendengar segala yang dikatakan guru/dosen dalam pertemuan tatap muka. Jika anda tidak lagi bersekolah/berkuliah, ikutilah satu atau lebih les tertentu, misal kursus bahasa, musik, atau lainnya. Untuk yang muslim, khutbah jumat bisa menjadi salah satu forum mendengar ini. Tapi, sekali sepekan rasanya masih kurang. Secara kuantitas, angka 3-4 dalam sepekan rasanya sudah cukup.
2. Membaca 
Ukurlah kuantitas bacaan anda dalam periode tertentu. Misal : membaca slide presentasi 20-30 halaman sehari, membaca 1 bab dari buku nonfiksi setiap hari, atau menyelesaikan 5-6 buku bacaan dalam sebulan. Selain itu, membaca tidak harus berarti membaca buku. Alam dan peristiwa sehari-hari sebenarnya dapat juga “dibaca”. Lakukan pemaknaan substansi pada hal-hal yang kita lihat secara langsung. Misalkan, kita mengkorelasikan isi pembicaraan seseorang dengan wawasan yang dimilikinya. Apakah pembicaraan itu tentang kuliner, seni atau teknologi, semua itu merefleksikan wawasan yang dimilikinya. Atau, kita mengkorelasikan kenaikan harga BBM dengan adanya kemungkinan penjajahan ekonomi oleh negara-negara adidaya.
3.  Menulis
Buatlah tulisan secara rutin. Entah itu berupa menulis buku, artikel di koran, atau (hanya) blog. Misalkan, 3 artikel sebulan, atau 2 buku dalam setahun, atau 10 postingan blog dalam sebulan. Maksudnya adalah, kita perlu menuangkan isi kepala kita dalam bentuk tulisan. Selain melatih kemampuan komunikasi lisan, kita sesungguhnya sedang membangun peradaban. Ya, harapannya adalah apa-apa yang kita tulis akan menjadi referensi / sejarah di masa depan. Untuk yang satu ini, berarti kita sudah “meninggalkan” sesuatu.
4. Berbicara
Usahakan memiliki forum rutin, tempat anda berbicara. Untuk guru atau dosen, pastinya sudah memiliki, kan? Atau milikilah forum-forum rutin tempat anda berdiskusi. Misalkan, jadilah mentor dalam mentoring agama, atau biasakan mempresentasikan ide dalam rapat-rapat organisasi, atau jadilah trainer motivasi!

Keempat metode pengembangan diri di atas tentunya akan sangat membantu anda dalam mengembangkan kompetensi, terutama bila keempatnya difokuskan dalam topik-topik tertentu. Misalkan, sebagai manajer produksi dalam suatu perusahaan farmasi, anda menyimak presentasi dalam seminar-seminar tentang kemajuan pengembangan obat-obatan kanker, kemudian membaca majalah PHARMABIZ tentang prospek pemasaran obat-obatan kanker, selanjutnya anda menulis esai/membuat presentasi tentang kemungkinan perusahaan anda memproduksi obat-obatan kanker, selanjutnya anda tinggal mempresentasikannya dalam rapat rutin di perusahaan tempat anda bekerja. Keempat contoh metode tersebut tentu akan mengembangkan kompetensi diri anda dalam bidang manajerial produksi.

MEMBANGUN PRIBADI UNGGUL




PEDOMAN BAGI SIAPA SAJA YANG INGIN BERUBAH KE ARAH YANG LEBIH BAIK DAN LEBIH BAIK LAGI

Setelah kita mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita capai, selanjutnya adalah mengelola diri kita untuk mencapai tujuan tersebut. Langkah ? langkah didalam mengelola diri : 

1. Menyusun tindakan-tindakan yang akan kita lakukan dalam skala prioritas
Karena keterbatasan waktu, sarana, prasarana, kita tidak bisa melakukan semua yang ingin kita lakukan sekaligus. Stephen Covey mengemukakan konsep penting (yang dapat menunjang pencapaian tujuan hidup kita) dan genting (yang menuntut perhatian segera) dalam pengelolaan waktu. Banyak orang yang terperangkap hanya pada pelaksanaan tindakan yang genting saja (walaupun seringkali tidak penting), misalnya: ketika sedang melakukan presentasi di depan calon pembeli tiba-tiba telepon genggam kita berdering, kita cenderung menghentikan presentasi untuk mengangkat telepon (yang mungkin saja dari rekan sekerja yang menanyakan kita akan makan siang di mana hari itu).
Covey menekankan bahwa yang perlu dilatih adalah mengelola kegiatan yang penting, tanpa menunggu kegiatan tersebut menjadi genting, karena biasanya dalam kondisi genting, kita banyak melakukan kesalahan yang sebenarnya bisa kita hindari.

If you fail to plan, you plan to fail (Jika kita gagal membuat rencana, kita telah membuat rencana untuk gagal), begitu kata orang bijak. Jadi, yang perlu kita lakukan agar tidak terperangkap dalam suasana genting (namun seringkali tidak penting), adalah dengan membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan suatu tindakan. 

2. Melaksanakan apa yang sudah di rencakanan dan di susun
Setelah prioritas disusun dan jangka waktu penyelesaiannya diatur dengan baik, langkah selanjutnya adalah melaksanakan apa yang sudah direncanakan Untuk itu kita perlu mengidentifikasi sarana, prasarana yang sudah ada dan yang perlu ditambah; keterampilan yang sudah kita kuasai yang dapat menunjang penyelesaian tindakan dan keterampilah yang masih harus kita pelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya tujuan yang jelas, prioritas yang sudah disusun, serta rencana yang matang (dengan berbagai skenario kemungkinan), kita akan lebih siap untuk meraih mimpi. Sekalipun ada hambatan yang harus kita hadapi, kita tidak khawatir lagi, karena berbagai hambatan tersebut sudah diantisipasi sebelumnya, dan kita pun sudah menyiapkan Rencana B (seandainya skenario A tidak terjadi). 

3. Membangun keyakinan dan komitmen yang tinggi
Dalam mencapai mimpi, diperlukan keyakinan dan komitmen yang tinggi untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan keyakinan diri yang tinggi untuk sukses, akan lebih mudah bagi kita untuk meyakinkan orang lain juga untuk berjuang. Dengan komitmen yang tinggi, kita tidak rentan terhadap godaan, hambatan, dan masalah, dan orang lain juga akan lebih percaya kepada kita sebagai pemimpin.
 
4. Melakukan pengembangan diri
Keyakinan yang teguh, serta komitmen yang tinggi perlu ditunjang dengan upaya pengembangan diri yang berkelanjutan. Tanpa meng-update diri terhadap perkembangan yang terjadi, terutama di seputar bidang yang kita perjuangkan, kita akan terlibas dan tertinggal dari kondisi dan keadaan yang kita hadapi.


SEMOGA BERMANFAAT...

Kenali Tanda-Tanda Terserang Gangguan Mental

Kehidupan modern ini seringkali membuat seseorang mengalami gangguan mental. Stres dan depresi adalah beberapa contohnya. Namun, kadangkala seseorang tidak mampu mengenali dirinya saat menghadapi gangguan ini. Padahal, pada tingkat akut, gangguan mental perlu segera dicari solusinya. Mungkin itu dengan melakukan serangkaian agenda relaksasi pikiran atau bertemu psikiater.
Oleh karena itu, pahami tanda-tanda gangguan mental berikut ini sebagai bentuk kewaspadaan:
  • Mudah kehilangan konsentasi. Orang yang sedang mengalami masalah mental biasanya sulit berkonsentrasi pada pekerjaan dan urusan lain. Asih dianggap wajar kalau seseorang mengalami penurunan konsentrasi pada sesekali waktu. Namun, Kalau kehilangan konsentrasi berlangsung secara kontinyu, misalnya satu minggu lebih, barangkali psikis Anda sedang bermasalah.
  • Fluktuasi berat badan Anda. Gangguan mental biasanya juga memengaruhi nafsu makan. Karena kerap berpikir keras, seseorang jadi lupa makan. Akibatnya, pemakaian kalori cukup tinggi dibanding asupannya. Berat badan pun ikut terpengaruh menjadi turun. Di lain sisi, stres juga membuat nafsu makan tiba-tiba naik. Oleh karena itu, pada orang yang mengalami gangguan mental, biasanya punya berat badan yang fluktuatif.
  • Lebih banyak minum alkohol atau merokok. Orang yang mengalami gangguan mental kerap ditemukan mencari pelarian dari masalah. Sebagian mereka minum alkohol dan merokok untuk jalan pintas. Namun, itu sebenarnya tidak menyelesaikan masalah. Justru hal tersebut memperburuk gangguan mental beserta syaraf-syaraf dalam otak.
  • Cenderung menutup diri. Ketika depresi, seseorang cenderung menarik diri dari pergaulan dan ingin menyendiri sepanjang.  Cara ini hanya akan membuat seseorang tidak akan dewasa dalam menghadapi realita. Sealain itu, kesendirian saat depresi bisa memicu seseorang berbuat hal yang negatif bagi dirinya sendiri.
  • Menyederai diri sendiri. Pada tingkat akut, orang yang mengalami gangguan mental tidak peduli untuk melakukan hal-hal yang akan mencelakakan dirinya. Misalnya mengetukkan kepalanya ke tembok atau ingin bunuh diri. Kalau sudah demikian, program konseling dengan psikiater sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki kondisi mental.

Rabu, 23 Januari 2013

Indonesia Kekurangan 92.572 Guru BK

Jumlah guru bimbingan dan konseling di Indonesia saat ini hanya sekitar 33.000 orang. Padahal, untuk melayani sekitar 18,8 juta siswa SMP/MTs dan SMA/SMK/MA dibutuhkan setidaknya 125.572 guru bimbingan dan konseling.

”Berarti kekurangan guru bimbingan dan konseling sekitar 92.572 orang,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) serta Guru Besar Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri Semarang Mungin Eddy Wibowo, di Jakarta, Selasa (22/1). Ia mengatakan hal itu seusai rapat dengar pendapat umum panitia kerja Komisi X DPR dengan pakar kurikulum, Selasa. Hadir pada rapat itu Ketua Umum Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia S Hamid Hasan.

Menurut Mungin, dari sekian banyak guru bimbingan dan konseling (BK), yang berpendidikan sarjana BK dan pendidikan profesi konselor hanya 418 orang. ”Lainnya masih sarjana BK saja dan ada yang bukan sarjana BK,” kata Mungin.

Kekurangan guru BK akan sangat terasa, menurut Mungin, dengan penerapan Kurikulum 2013.

Hamid mengatakan, dalam Kurikulum 2013, penjurusan di SMA/MA akan ditiadakan dan diubah menjadi peminatan bidang Matematika dan Sains, Sosial, serta Bahasa. Konsekuensinya, siswa kelas IX di jenjang SMP/MTs harus didampingi guru BK untuk mengetahui minat yang akan didalami di SMA/MA/SMK.

Untuk memastikan minat siswa di SMA/MA/SMK, akan dilakukan uji penempatan. Jika merasa tidak sesuai dengan peminatan yang dipilih, siswa masih bisa pindah ke bidang minat yang lain. ”Karena memegang peranan penting, guru BK harus disiapkan betul,” kata Hamid.

Mungin mengatakan, idealnya satu guru BK ada di setiap kelas. ”Namun, angka itu sulit tercapai sehingga satu guru BK mendampingi 150 siswa pun sudah tergolong sangat bagus,” ungkap Mungin.

Mengapa Guru BK Sangat Begitu Penting?

Guru BK terlebih dahulu harus mengenali peran dan menambah wawasannya sebelum memberikan bimbingan kepada para siswa.
-- Ieda P Sigit Sidi
Lebih dari 70 guru BK dari berbagai SMA di wilayah Jakarta, Bandung, dan sekitarnya hadir dalam seminar tersebut. Seminar diselenggarakan oleh Nuffic Neso Indonesia bekerja sama dengan The Indonesian International Education Foundation (IIEF).
Dalam paparannya, psikolog Ieda Poernomo Sigit Sidi menggarisbawahi bahwa pentingnya pembentukan karakter dimulai dari sekolah untuk menjadikan manusia Indonesia yang siap bersaing di kancah global.
"Peran guru BK luar biasa untuk membentuk generasi muda Indonesia pada masa depan sehingga guru BK terlebih dahulu harus mengenali peran dan menambah wawasannya sebelum memberikan bimbingan kepada para siswa," ujar Ieda.
Menurutnya, guru BK juga harus mampu menjawab semua pertanyaan siswa. Mengajari siswa berpikir adalah kunci dari peranan guru BK.
"Beri pemahaman kepada siswa tentang peluang dan kemudahan dia dalam menentukan masa depannya. Guru BK adalah jembatan siswa menuju masa depan," tutur Ieda.
Direktur Nuffic Neso Indonesia Marrik Bellen mengungkapkan, siswa perlu memahami secara menyeluruh tentang pendidikan internasional. Perbedaan pendidikan dan culture shock adalah dua hal yang sering menjadi masalah bagi mahasiswa Indonesia yang mengenyam pendidikan di luar negeri.
"Siswa harus diberikan pemahaman serta informasi yang lengkap dan terpercaya sebelum memutuskan studi di luar negeri," ujar Bellen.
Bellen mengatakan, berbagai program beasiswa yang didesain Pemerintah Belanda kepada Indonesia dan beberapa negara lain saat ini merupakan wujud keseriusan Pemerintah Belanda dalam membangun konsep international class room. Konsep tersebut diharapkan dapat menjadi media evaluasi dan barometer bagi sistem pengajaran dan riset, khususnya di Belanda.
"Belanda tidak hanya tertarik pada Indonesia, tetapi juga negara lain. Karena itu, kami ingin membuat international class room dan menganggap mahasiswa dari luar negeri itu bagus untuk sistem pelajaran dan riset yang kami adakan di Belanda," kata Bellen.

Tanggung Jawab Guru BK

Guru BK Punya Tanggung Jawab Besar
Rumusan hasil uji publik yang telah dirampungkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) beberapa waktu lalu menyepakati bahwa penjurusan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) akan diubah menjadi kelompok peminatan mulai dari kelas X. Untuk itu, persiapan harus dimulai sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kemdikbud, Hamid Muhammad, mengatakan bahwa bimbingan saat siswa berada pada tingkat akhir jenjang SMP harus diperkuat. Hal ini wajib dilakukan untuk mengantisipasi agar anak-anak tidak salah pilih kelompok peminatan nanti.

"Pembimbingan harus diperkuat. Ini menjadi tugas utama dari guru bimbingan konseling," kata Hamid saat dijumpai.

Guru bimbingan konseling ini, lanjutnya, memegang peran penting dalam mengarahkan siswa untuk mengetahui minatnya. Selain guru bimbingan konseling, kepala sekolah juga harus diberikan pengarahan untuk mendukung persiapan siswa saat akan melanjutkan jenjang menengah atas.

"Kepala sekolah dan guru akan ditatar duluan sehingga bisa mengarahkan anak dengan tepat," jelas Hamid.

Seperti diketahui, kelompok peminatan pada tingkat SMA ini tetap dibuka tiga kelompok yaitu IPA, IPS dan Bahasa. Hanya saja sistemnya tetap terbuka bagi siswa yang ingin mengambil mata pelajaran lintas bidang. Sementara jika menggunakan metode penjurusan, siswa hanya terkungkung pada mata pelajaran wajib sesuai jurusannya.

"Jadi yang ambil IPA tapi suka ekonomi boleh ambil itu mata pelajaran. Yang pasti tidak ada lagi stigma IPA itu anak pintar, IPS yang santai atau bahasa yang tidak diterima dua-duanya. Semuanya sama dan anak-anak bisa ambil apa yang jadi minatnya," tandasnya.

Selasa, 22 Januari 2013

Komunikasi Kelompok dan Organisasi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Di dalam makalah ini mencakup komunikasi kelompok dan organisasi. Komunikasi kelompok merupakan interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Sedangkan komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Dan masih banyak yang lain yang berhubungan dengan komunikasi kelompok dan organisasi. Maka dari itu di dalam makalah ini membahas lebih mendalam tentang komunikasi kelompok dan organisasi.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah konsep dari komunikasi kelompok?
2.      Apa saja yang dipelajari di dalam komunikasi organisasi?
3.      3. Bagaimana format interaksi komunikasi organisasi?
C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui konsep dari komunikasi kelompok.
2.      Untuk mengetahui tentang apa saja yang terkait dalam komunikasi organisasi.
3.      Untuk mengetahui format interaksi komunikasi organisasi.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    KONSEP KOMUNIKASI KELOMPOK
1.      PENGERTIAN
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
a.       Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
b.      Kelompok memiliki sedikit partisipan;
c.       Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
d.      Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
e.       Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

2.      PRINSIP DASAR KOMUNIKASI KELOMPOK
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut, yaitu :
·         Elemen pertama adalah interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
·         Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
·         Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompk untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
·         Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.
3.      KLASIFIKASI KELOMPOK DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASINYA
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya dua klasifikasi kelompok.
a.    Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
1.      Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2.      Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
3.      Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
4.      Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
5.      Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
6.      Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.


b.      Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
4.      FUNGSI KOMUNIKASI KELOMPOK
a.     Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan sktivitas yang informal, santai dan menghibur.
b.    Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan msing-masing anggota, mustahil fungai edukasi ini akan tercapai.
c.     Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.
d.    Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahn masalah menghasilkan materi atu bahan untuk pembuatan keputusan.
e.     Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnhya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalh membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.
Dalam organisasi, komunikasi berfungsi untuk :
1.      Pengaturan dan operasi, yakni untuk kepentingan penyelesaian pekerjaan dan membereskan tugas demi pencapaian tujuan.
2.      Inovasi/pembaharuan, untuk kepentingan pembaharuan dan pengubahan tata kerja demi penyesuaian, kelangsungan hidup, dan pengembangan organisasi di tengah lingkungan yang terus berubah.
3.      Sosialisasi atau pembinaan, yakni berkaitan dengan anggota sebagai manusia. Khusus dalam upaya motivasi, pengimbalan, dan moral kerja.
Sosialisasi berdampak kepada :
a.       Harga diri anggota
b.      Hubungan interpersonal dalam organisasi
c.       Motivasi ; integrasi kepentingan pribadi ke dalam kepentingan organisasi
D.    KOMUNIKASI ORGANISASI
1.     Definisi Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
2.      Pendekatan dalam Organisasi
Kita dapat melakukan pendekatan pada organisasi sekurang-kurangnya melalui empat persepektif: pendekatan manajemen ilmiah atau klasik, pendekatan hubungan antar manusia, pendekatan sistem, dan pendekatan kultural (Goldhaber,1990).
a.       Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah menganggap bahwa organisasi harus menggunakan metoda-metoda ilmiah untuk meningkatkan produktivitas. Berbagai studi pengendalian secara ilmiah akan memungkinkan manajemen mengidentifikasi cara-cara atau alat untuk meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya akan meningkatkan laba. Dalam pandangannya ini produktivitas pada umumnya menyangkut masalah fisik dan psikologis. Produktivitas dipandang dalam bentuk permintaan phisik akan pekerjaan dan kemampuan psikologis para pekerjanya.
b.      Pendekatan hubungan antarmanusia
Pendekatan hubungan antarmanusia berkembang sebagai reaksi terhadap perhatian eksklusif faktor-faktor phisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Salah satu asumsi prinsip dari pendekatan hubungan antarmanusia adalah bahwa kenaikan kepuasan kerja akan mengakibatkan kenaikan produktivitas. Seorang karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Oleh karena itu, fungsi manajemen adalah menjaga agar para karyawan terus merasa puas.
c.       Pendekatan sistem
Pendekatan sistem mengkombinasikan unsur-unsur terbaik dari pendekatan ilmiah dengan pendekatan hubungan antarmanusia. Pendekaan ini memandang organisasi sebagai suatu sistem dimana semua bagian berinteraksi dan setiap bagian mempengaruhi bagian lainnya. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem terbuka-terbuka terhadap informasi baru, responsif terhadap lingkungan, bersifat dinamis dan selalu berubah.
d.      Pendekatan kultural
Sebuah pendekatan kontemporer mengenai organisasi menganggap bahwa perusahaan harus dipandang sebagai suatu kesatuan sosial atau kultur (pilotta, Widman, & Jasko, 1988;Putnam & Pacanowsky, 1983). Seperti pada umumnya suatu kelompok atau kultur sosial yang selalu memiliki aturan mengenai misalnya, perilaku peran, kepahlawanan, dan nilai-nilai, maka demikian juga suatu organisasi. Oleh karena itu, pada pendekatan ini organisasi harus meneliti untuk mengidentifikasikan jenis kultur dan norma-norma atau nilai-nilai spesifik yang dianutnya. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memungkinkan kita bisa memahami bagaimana organisasi berfungsi dan bagaiama hal itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh para anggotanya (karyawannya) dalam kultur organisasi itu.
3.      Jaringan Komunikasi Organisasi
Yang dimaksud dengan jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
Struktur jaringan komunikasi
a)      Struktur lingkaran
struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.
b)      Struktur roda
struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusa. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.

c)      Struktur Y           
Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas. Tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dan mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya.
d)     Struktur rantai
struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisis lain.
e)      Struktur semua saluran
Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Komunikasi kelompok mempunyai pengertian sebagai berikut interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Di dalam komunikasi kelompok juga mencakup tentang prinsip, klasifikasi dan karakteristik komunikasinya, fungsi kelompok serta faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok. Sedangkan Komunikasi organisasi mempunyai oengertian sebagai berikut pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Serta mencakup pendekatan-pendekatan yang terkait dalam komunikasi organisasi, selain itu terdapat pula jaringan komunikasi dan arus dalam komunikasi. Serta format interaksi komunikasi organisasi terdiri dari komunikasi interpersonal, publik dan komunikasi kelompok kecil.
B.     SARAN
Semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Serta dapat mengetahui tentang seluk beluk dalam komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.






DAFTAR PUSTAKA
Ø  Muhammad, Arni. 1989. KOMUNIKASI ORGANISASI. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Makalah Interaksi Antar Etnik



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan.
Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara, berjabat tangan atau bahkan terjadi persaingan dan pertikaian.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian Interaksi Antar Etnik …?
2.      Apa Saja Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Antar Etnik …?
3.      Apa Saja Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi Antar Etnik …?
4.      Apa Saja Pola-pola Interaksi Antar Etnik …?













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Interaksi Antar Etnik
Kimball Young dan Raymond, W. Mack, interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain bahwa interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial dapat terwujud dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain.
Gillin dan Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup scmacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang atau kelompok-kelompok manusia bekerjasama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama.

B.     Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Antar Etnik
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :
a.       Adanya kontak sosial (social contact)
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung (face to face) maupun tidak langsung atau sekunder. Yakni kontak sosial yang dilakukan melaui perantara, seperti melalui telepon, orang lain, surat kabar, dan lain-lain. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama seali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
b.      Adanya Komunikasi Sosial
yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Pelaku lebih dari satu orang
2)      Adanya komunikasi di antara pelaku
3)      Adanya tujuan mungkin sama atau tidak sama antar pelaku
4)      Adanya dimensi waktu

C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi Antar Etnik
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor yang ada diluar individu, seperti faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Empat faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial adalah sebagai berikut :
a.       Imitasi
Berarti meniru perilaku dan tindakan orang lain. Imitasi memiliki segi positif dan negatif, dikatakan positif apabila suatu individu meniru perilaku individu lain yang baik sesuai nilai dan norma masyarakat. Namun dikatakan negatif apabila suatu individu meniru perilaku individu lain yang tidak baik atau menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
b.      Sugesti
Sugesti merupakan suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara  pandangan tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pandangan itu dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang.
Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan memiliki pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil (minoritas), ataupun orang dewasa terhadap anak-anak. Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat tergantung pada usia, kepribadian,  kemampuan intelektual, dan keadaan fisik seseorang.

D.    Pola-pola Interaksi Antar Etnik
Bentuk-bentuk interaksi antar etnik
Gillin dan gillin menggolongkan proses sosial yang muncul akibat dari adanya interaksi sosial menjadi dua jenis, yakni proses yang mengarah pada terwujudnya persatuan dan integrasi sosial (asosiatif) dan proses oposisi yang berarti cara berjuang untuk melawan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu (disosiatif).

1)      Asosiaatif
Asosiatif merupakan bentuk interaksi yang akan mendorong terciptanya pola keteraturan sosial. Berikut adalah bentuk-bentuk dari asosiatif :
a.       Kerja Sama (cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya.

b.      Akomodasi
Akomodasi (accomodation) dalam sosiologi memiliki dua pengertian, yaitu menggambarkan suatu keadaan dan proses. Akomodasi yang menggambarkan suatu keadaan berarti adanya keseimbangan interaksi sosial yang berkaitan dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan akomodasi sebagai suatu proses menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
2)      Asimilasi
Asimilasi (assimilation) berarti proses penyesuaian sifat-sifat asli yang dimiliki dengan. Sifat-sifat lingkungan sekitar.

3)      Akulturasi
Akulturasi (acculturation) adalah berpadunya unsur-unsur kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaannya yang asli. Lamanya proses akulturasi sangat tergantung pada persepsi masyarakat setempat terhadap budaya luar yang masuk. Akulturasi bisa terjadi dalam waktu yang relatif lama apabila masuknya melalui proses pemaksaaan. Sebaliknya, apabila masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat. Contoh: Candi Borobudur merupakan  perpaduan kebudayaan India dengan kebudayaan Indonesia; musik Melayu bertemu dengan musik Spanyol menghasilkan musik keroncong.
4)      Konflik
Pertentangan atau konflik (conflict) adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan. Pengertian konflik yang paling sederhana adalah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya berwujud pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, di mana pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Interaksi Antar etnik adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
2.      Syarat-syarat terjadinya interaksi soisial adalah dengan adanya kontak sosial dan komunikasi.
3.      Bentuk-bentuk interaksi antar etnik meliputi proses asosiatif (kerja sama, akomodasi, dan asimilasi) dan disosiatif (persaingan, kontravensi, dan pertentangan).



















DAFTAR PUSTAKA

v  Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek
v  Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi. (2007). Perspektif Sosial Budaya. Bandung: UPI PRESS
v  Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) . perkembangan masyarakat dan Budaya. Bandung : UPI PRESS
v  Kuswanto dan Bambang Siswanto. (2003). Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai