Kamis, 14 Maret 2013

DEMENSI KESEHATAN MENTAL MENURUT MASLOW


Maslow dan Mittlemenn menguraikan pandangan mengenai prinsip-prinsip kesehatan mental, yang menyebutnya dengan manisfestation of psychological health. Maslow menyebut kondisi yang sehat secara psikologis itu dengan istilah self actualization sekaligus sebagai puncak kebutuhan dari teori hierarki kebutuhan yang disusunnya. Manifestasi mental yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan Mittlemenn tercermin dalam sebelas dimensi kesehatan mental:
a.       Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai).
Perasaan merasa aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, social, dan keluarganya;
b.      Adequate self evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai), yang mencakup:
1.         Memiliki harga diri yang memadai dan merasa ada nilai yang sebanding antara keadaan diri yang sebenarnya (potensi diri) dengan prestasinya;
2.         Memiliki perasaan berguna akan diri sendiri, yaitu perasaan yang secara moral masuk akal, dan tidak diganggu oleh rasa bersalah yang berlebihan, dan mampu mengenal beberapa hal yang secara sosial dan personal tidak dapat diterima oleh kehendak umum yang selalu ada sepanjang kehidupan di masyarakat;
c.       Adequate spontanity and emotionality (memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengan orang lain), hal ini ditandai oleh kemampuan membentuk ikatan emosional secara kuat dan abadi, seperti hubungan persahatan dan cinta, mampu mengekspresikan ketidaksukaan/ketidaksetujuan tanpa kehilangan kontrol, kemampuan memahami dan membagi perasaan kepada orang lain, kemampuan menyenangi diri sendiri dan tertawa. Ketika seseorang tidak senang pada suatu saat, maka dia harus memiliki alas an yang tepat mengapa dia tidak senang;
d.      Efficient contact with reality (mempunyai kontak yang efesien dengan realitas). Kontak ini sedikitnya mencakup tiga aspek yaitu dunia fisik, sosial, dan diri sendiri dan internal. Hal ini ditandai dengan:
1.         Tiadanya fantasi (khayalan dan angan angan) yang berlebihan;
2.         Mempunyai pandangan yang realistis dan luas terhadap dunia, yang disertai dengan kemampuan menghadapi kesulitan hidup sehari-hari, misalnya sakit dan kegagalan;
3.         Kemampuan untuk merubah diri sendiri jika situasi eksternal (lingkungan) tidak dapat dimodofokasi (diubah) dan dapat bekerjasama tanpa merasa tertekan (comperation with the inevitable);
e.       Adequate bodily desires and ability to gratify there (keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya). Hal ini ditandai dengan:
1.      Suatu sikap yang sehat terhadap fungsi jasmani, dalam arti menerima fungsi jasmani tersebut;
2.      Kemampuan memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan dari dunia fisik dalam kehidupan seperti makan, tidur, dan pulih kembali dari kelelahan;
3.      Kehidupan seksual yang wajar dan keinginan yang sehat untuk memuaskan tanpa rasa takut dan konflik;
4.      Kemampuan bekerja;
5.      Tidak adanya kebutuhan yang berlebihan untuk mengikuti berbagai aktifitas;
f.       Adequate self knowledge (memiliki kemampuan pengetahuan yang wajar). Termasuk di dalamnya:
1.      Cukup mengetahui tentang: motif, keinginan, tujuan, ambisi, hambatan, kompetensi, pembelaan, dan perasaan rendah diri;
2.      Penilaian yang realistis terhadap diri sendiri baik kelebihan maupun kekurangan;
3.      Mampu menilai diri secara jujur (jujur pada diri sendiri), mampu untuk menerima diri sendiri apa adanya, dan mengakui serta menerima sejumlah hasrat atau pikiran meski beberapa diantara hasrat itu secara sosial dan personal tidak dapat diterima;
g.      Integration and consistency of personality (kepribadian yang utuh dan konsisten). Ini bermakna:
1.      Cukup baik perkembangan diri dan kepribadiannya, kepandaiannya, dan berminat dalam beberapa aktivitas;
2.      Memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak terlalu berbeda dengan pandangan kelompok;
3.      Mampu untuk berkonsentrasi; dan
4.      Tiadanya konflik-konflik besar dalam kepribadiannya dan tidak dissosiasikan terhadap kepribadiannya;
h.      Adequate of life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar). Hal ini berarti:
1.      Memiliki tujuan hidup yang sesuai dengan dirinya sendiri dan dapat dicapai;
2.      Mempunyai usaha yang tekun dalam mencapai tujuan tersebut; dan
3.      Tujuan itu bersifat baik untuk diri sendiri dan masyarakat ;
i.        Ability to learn from experience (kemampuan belajar dari pengalaman). Kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya sendiri. Bertambahnya pengetahuan, kemahiran dan keterampilan mengerjakan sesuatu berdasarkan hasil pembelajaran dari pengalamannya. Selain itu juga termasuk di dalamnya kemampuan untuk belajar secara spontan.
j.        Ability to satisfy to requirements of the group (kekmampuan memuaskan tuntutan kelompok). Individu harus:
1.      Dapat memenuhi tuntutan kelompok dan mampu menyesuaikan diri dengan anggota kelompok yang lain tanpa harus kehilangan identitas pribadi dan diri sendiri;
2.      Dapat menerima norma-norma yang berlaku dalam kelompoknya;
3.      Mampu menghambat dorongan dan hasrat diri yang dilarang oleh kelompoknya;
4.      Mau berusaha untuk memenuhi tuntunan dan harapan kelompoknya: ambisi, ketepatan, persahabatan, rasa tanggung jawab, dan kesetiaan; serta
5.      Berminat untuk melakukan aktivitas atau kegiatan yang disenangi oleh kelompoknya.
k.      Adequate emancipation from the group or culture (mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya). Hal ini mencakup:
1.      Kemampuan untuk menilai sesuatu itu baik dan yang lain adalah buruk berdasarkan penilaian diri sendiri tanpa terlalu dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan dan budaya serta kelompok;
2.      Dalam beberapa hal bergantung pada pandangan kelompok;
3.      Tidak ada kebutuhan yang berlebihan untuk membujuk (menjilat), mendorong, atau menyetujui kelompok ; dan
4.      Mampu menghargai perbedaan budaya.

Selain itu sehat sendiri yaitu kondisi yang baik dalam emosi, batin, intelektual/ berpikir, sosial, spiritual.