Kamis, 02 Mei 2013

Laporan Hasil Observasi BK Kesulitan Belajar



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menentukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Dalam bimbingan dibutukan tenaga ahli untuk melakukannya, di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar  tidak terdapat guru khusus yang menangani masalah bimbingan dan konseling bagi siswanya sehingga yang menjadi pembimbingnya adalah wali kelasnya itu sendiri. Meski demikian Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum tidak seperti itu adanya, sekolah Diniyah ini sudah mempunyai tenaga profesional tentang ke_BK_an tidak seperti kebanyakan sekolah- sekolah dasar pada umumnya.
Maka dari itu sekolah ini menarik perhatian kami untuk melakukan penelitian atau observasi tentang bagaimana sistem dan cara kerja madrasah Darul Ulum mengatasi siswa- siswa yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran.
Bimbingan di Madrasah Ibtidaiyah berlaku untuk semua siswa yang sekolah di sekolah tersebut, bukan hanya untuk siswa yang bermasalah maupun yang merasa kesulisan belajar.
Selain dari itu kami lakukan observasi ini juga sebagai tugas dari salah satu mata kuliah kami “Bimbingan Belajar Disekolah dan Diluar Sekolah”


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana program bimbingan dan konseling di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar?
2.      Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar?
3.      Apa saja masalah-masalah belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar?
C.    Tujuan Kamian
1.      Mengetahui program bimbingan dan konseling di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.
2.      Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.
3.      Mengetahui masalah-masalah belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.
D.    Metode Kamian
Untuk mendapatkan informasi dalam penyusunan hasil observasi ini, saya menggunakan beberapa metode, yaitu :
1.      Wawancara kepada salah satu wali kelas kelas di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum tentang kesulian belajar yang sering dialami siswa.
2.      Angket
3.      Buku-buku bimbingan dan konseling yang digunakan untuk landasan teori.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
Menurut Setiawati dan Chudari , 2007:2 bimbingan merupakan upaya bantuan untuk membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Begitu pula menurut Kartadinata dkk (1998:4) bimbingan adalah proses bantuan membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal, dari definisi tersebut dapat diambil maknanya yaitu :
1.      Bimbingan adalah suatu  proses, bimbingan merupakan suatu kegiatan yang terus berkelanjutan dan terus-menerus, Artinya ada suatu proses dala kegiatan bimbingan karena bimbingan tersebut direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan.
2.      Bimbingan adalah bantuan. Bantuan dalam bimbingan bukanlah suatu yang dipaksakan oleh guru kepada siswa. Makna bantuan bimbingan adalah mengembangkan, mendorong, menumbuhkan semangat  dan memberikan dorongan kepada siswa dan menjadikan siswa menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
3.      Bantuan itu diberikan kepada individu. Dalam bimbingan individu yang mendapat bantuan adalah individu yang memilki keunikannya tersendiri yang berbeda satu sama lainnya dan sedang berkembang.
4.      Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan optimal ini adanya kesesuaian antara potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Yang mana peserta didik tidak hanya berkembang dalam kemampuan intelektualnya saja tetapi pada perkembangan optimal ini individu akan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terus-menerus berubah.
Selain itu bimbingan yang lebih luas dikemukakan oleh Good (Thantawi, 1995:25) (dalam Setiawati &Chudari , 2007:2) yang menjabarkan bahwa bimbingan adalah (1) suatu proses pribadi yang bersifat dinamis, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku seeorang; (2) suatu bantuan yang sistematis (selain mengajar) kepada murid, atau orang lain untuk menolong, menilai kemampuan dan kecenderungan mereka dan menggunakan informasi itu secara efektif dalam kehidupan sehari-hari; (3) perbuatan atau teknik yang dilakukan untuk menuntun anak terhadap suatu tujuan yang diinginkan dengan menciptakan suatu kondisi lingkungan yang membuat dirinya sadar akan kebutuhan dasar, mengenal kebutuhan itu, dan mengambil langkah-langkah untuk memuaskan dirinya.
Sementara itu, menurut Supriadi (2004:207) (dalam Setiawati & Chudari , 2007:2) yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor atau pembimbing kepada klien agar klien dapat : (1) memahami dirinya, (2) mengarahkan dirinya, (3) memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya , (4) menyesuaikan diri dengan lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat), (5)  mengambil manfat dan peluang-peluang yang dimiliknya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan potensinya, sehingga berguna bagi dirinya.
Pendapat  lainnya, menurut Hoesein (1994:2) bimbingan merupakan bagian integral dari pendidikan atau dapat disebutkan bahwa bimbingan merupakan bagian dari bidang pendidikan.
Jadi bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala potensi.
Sedangkan konseling merupakan suatu proses pertemuan tatap muka antara konselor dengan individu (klien) dalam hal ini adalah siswa, dimana konselor membantu klien dalam mengubah sikap dan tingkah laku (Hoesein:1994:2).
Menurut Pepinsky & Pepinsky dalam Shertzer & Stone, 1974 Konseling adalah interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien; (b) terjadi dalam suasana yang professional; (c) dilakukan dan dijaga sebagai ala memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku. (M. Ludin:2010)
Maclean dalam Shertzer & Stone, 1974 menyatakan bahwa Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antar seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dan seorang pekerja yang professional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemechan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi (M. Ludin:2010).
Menurut M. Surya dan Rochman (dalam M. Ludin 2010) konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang dimana seorang yaitu klien dibantu untuk lebih mampi menyesuaikan diri secara efektif terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
Menurut Tyles, 1969 (dalam M. Ludin 2010) konseling bukan hanya klien yang belajar tetapi konselor juga belajar untuk memahami dirinya agar syatu persetujuandapat dicapai.
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua penglaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan itu . konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembngan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.  (Jones, 1951).
Konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya. (Smith dalam Shertzer & Stone, 1974).
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembnagn optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya; proses tersebut dapat terjadi setiap waktu. (Division of Conseling Psychology).
Jadi konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan oleh seorang konselor kepada klien yang bermasalah melalui proses tatap muka langsung untuk menyelesaikan masalah yang dialami klien sampai dengan selesai.

B.     Landasan Bimbingan Konseling

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
2.        PP No. 38 atau 1992
Pasal 1 ayat 2 : Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih peserta didik.
Pasal 1 ayat 3 : Tenaga pembimbing adalah tenaga pembimbing yang bertugas membimbing peserta didik.
Pasal 2 ayat 2 : Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar dan pelatih.
3.        SKB Mendikbud dan KA BAKN No. 0433 atau P atau 1993 dan No. 25 tahun 1993
Pasal 1 ayat 4 : Guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling kepada sejumlah peserta didik.
Pasal 1 ayat 10 : Penyusunan program Bimbingan dan Konseling adalah membuat perencanaan pelayanan BK dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier.
Pasal 1 ayat 13 : Analisis evaluasi Bimbingan dan Konseling adalah hasil evaluasi pelaksanaan BK yang mencakup layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan bimbingan pembelajaran serta kegiatan pendukungnya.
Pasal 1 ayat 14 : Tindak lanjut pelaksanaan Bimbingan dan Konseling adalah kegiatan menindaklanjuti hasil analisis evaluasi tentang layanan evaluasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan bimbingan pembelajaran serta kegiatan pendukungnya.
C.    Tujuan Bimbingan dan Konseling
Dalam Pedoman Bimbingan dan Konseling di MI/SD (2004:402) tujuan dari Bimbingan dan Konseling adalah :
1.        Memandirikan siswa dan mengembangkan potensi siswa secara optimal artinya bimbingan bertujuan menjadikan siswanya menjadi pribadi yang tidak tergantung pada orang lain dan bertanggung jawab pada diri sendiri.
2.        Keefektifan sehari-hari dengan memperhatikan potensi siswa artinya bimbingan yang diberikan harus bermakna dengan tidak menyampingkan potensi yang dimilki oleh setiap siswa.
D.    Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Menurut Muro dan Kottman (Setiawati & Chudari , 2007: 17) prinsip-prinsip yang terdapat dalam program Bimbingan dan Konseling diantaranya :
1.      Bimbingan dan Konseling di perlukan oleh seluruh murid berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau klien, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
2.      Bimbingan dan Konseling perkembangan memfokuskan pada pembelajran murid berarti dalam hal ini dibutuhkan tenaga profesional yang memang mengerti, missal ia akan membantu peserta didik jika mengalami kesulitan-kesulitan. Karena selain anak bersekolah untuk belajar tetapi juga untuk mengembangkan diri.
3.      Konselor dan guru merupakan fungsionaris bersama dalam program bimbingan perkembangan. Yang menjadi fokus utama dalm pendidikan adalah siswa bukan mata pelajaran. Baik guru atau pun konselor harus bisa bekerja sama satu dengan yang lain, mendengarkan curhatan anak, membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dan yang lainnya. Walaupun terkadang masih banyak Sekolah Dasar yang tidak mempunyai konselor khusus sehingga tugasnya diambil alih oleh guru.
4.      Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan merupakan bagian penting dalam bimbingan perkembangan. Maksudnya adalah sebaiknya setiap program bimbingan memiliki perencanaan yang jelas dan pengembangan kurikulumnya terorganisir dengan baik.
5.      Program bimbingan perkembangan peduli dengan penerimaan diri, pemahaman diri dan pengayaan diri berarti kegiatan bimbinga dirancang agar peserta didik semakin paham akan dirinya dan segala potensi yang ada dalam diri.
6.      Bimbingan perkembangan sebagai tim-oriented-menuntut pelayanan dari konselor professional. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah atau Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
E.     Fungsi dan Layanan Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (1998:25) (dalam Setiawati & Chudari , 2007:20) fungsi bimbingan terdiri dari :
1.        Fungsi pemahaman
Fungsi Pemahaman yaitu membantu individu atau peserta didik agar memahami tentang dirinya (potensinya) dan lingkungannya (keluarga, pendidikan, pekerjaan dan norma agama), serta masalah-masalah yang dihadapinya.
2.        Fungsi prevenrif
Fungsi preventif  yaitu bantuan yang diberikan dengan maksud agar peserta didik terhindar dari berbagai masalah yang akan menimpa dirinya  dan senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi.
3.        Fungsi developmental
Fungsi developmental yaitu bantuan yang diberikan agar peserta didik mampu mengembangkan dirinya . selain itu Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien.
4.        Fungsi kuratif
Fungsi kuratif yaitu dimaksudkan agar siswa mampu mengatasi berbagai persoalan yang menimpa dirinya sehingga individu terbebas dari masalah yang menimpanya.
F.     Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam Pedoman Bimbingan dan Konseling di MI/SD (2004:402) kegiatan dari Bimbingan dan Konseling adalah:
1.        Layanan Orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan konseling yang yang diberikan saat siswa mengenal dunia baru, hal ini bertujuan agar klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut
2.        Layanan Informasi
Layanan  informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien
3.        Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing
4.        Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya
5.        Layanan Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang klien. Klien mengalami kesulitan pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri.
6.        Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli atau klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.


7.        Layanan Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan
8.        Layanan Mediasi
Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.
9.        Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program Bimbingan dan Konseling adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.









BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Kondisi Objektif Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Darul ulum  ini sudah terdapat guru khusus BK atau ruangan khusus BK.  Sebagian besar siswa MI Darul Ulum adalah anak-anak yang berasal dari lingkungan sekitar sekolah dan berbagai macam  Desa.
Tingkat ekonomi orang tua anak didik di di MI Darul Ulum, sebagian besar adalah menengah ke bawah. Hal ini cukup berpengaruh terhadap proses pembelajaran di sekolah.
A.    Instrumen Penelitian
Adapun beberapa instrumen yang kami gunakan sebagai alat ukur untuk meperoleh data dalam penelitian ini yaitu  :
1.        Wawancara (interview)
Pada proses ini kami melakukan pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi secara langsung dan lebih mendalam kepada narasumber. Di sana kami mewawancarai beberapa narasumber seperti  Wali Kelas dan guru kelas.
2.        Observasi
Pada proses ini kami melakukan pengamatan sekitar objek yang diteliti adalah tentang masalah kesulitan belajar yang di alami siswa di sekolah tersebut.
3.        Dokumentasi
Kami memperoleh data langsung dari tempat yang diteliti untuk memperoleh data yang meliputi buku-buku, hasil  rekaman tertulis hasil dari wawancara.

4.        Kajian Pustaka
Kami juga mengumpulkan sumber-sumber yang  berhubungan dengan materi Bimbingan dan Konseling yang dapat membantu kami dalam memperoleh informasi yang kami lakukan lewat peminjaman buku dari perpustakaan dan browsing dari internet.



























BAB III
HASIL PENELITIAN
A.       Kegiatan Bimbingan dan Konseling MI Darul Ulum
Penelitian ke MI Darul Ulum dilakukan pada tanggal 01mei 2013. Pada 01 Mei 2013 dilakukan wawancara kepada guru BK MI Darul Ulum.  Dari penelitian yang di lakukan dapat di ambil beberapa hal penting yaitu:
1.      Di MI Darul Ulum ada program Bimbingan dan Konseling (BK).
2.      Setiap Wali Kelas ikut andil dalam Bimbingan dan Penyuluhan.
3.      Di MI Darul Ulum sudah ada Ruangan Khusus Bimbingan dan Konseling.
4.      Pelayanan Bimbingan dan Konseling di MI Darul Ulum bersifat kuratif.
5.      Beberapa masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.
6.      Siswa cukup aktif dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling.
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan bahwa di MI Darul Ulum sudah ada program Bimbingan dan Konseling, salah seorang guru senior mengakui jika program Bimbingan dan Konseling di MI tersebut sudah dibuat. Dan sekolah juga memilki buku Pedoman Program dan Bimbingan dan Konseling di Kelas dimana berisikan materi mengenai dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Program Bimbingan dan Konseling dan lampiran Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Dasar. Tetapi isi dari buku itu masih belum disosialisasikan kepada guru-guru secara optimal.
Selain itu MI Darul Ulum sudah memiliki ruangan khusus Bimbingan dan Konseling, jadi biasanya layanan diberikan di ruangan tersebut, di kelas atau di luar sekolah tergantung pada persoalan yang dihadapi siswa. Sekolah ini pun sudah memiliki tenaga professional atau tenaga ahli khusus untuk memberikan layanan Bimbingan dan Konseling sehingga permasalahan yang terjadi bisa ditangani oleh guru. Bimbingan biasanya diberikan pada siswa yang mengalami permasalahan atau siswa yang memiliki kelainan. Tapi dalam memberikan bimbingan guru terlebih dulu berkonsultasi dengan orang tua dari siswa yang akan di bimbing.
Adapun beberapa masalah-masalah yang banyak dialami dari siswa yang kami teliti dan berdasarkan wawancara adalah kesulitan dalam beberapa mata pelajaran tertentu. Misalnya pada siswa kelas V, kebanyakan siswa sulit dalam mata pelajaran matematika. Jika siswa menyelesaikan satu bab dan akan berpindah ke bab baru atau pergantian topik siswa merasa bab atau topik berikutnya sulit khususnya pada soal-soal cerita. Pada siswa kelas VI kebanyakan sulit dalam mata pelajaran Bahasa inggris. Mereka menganggap bahasa inggris adalah bahasa asing yang sulit dipelajari.
Dalam kasus tersebut misalnya pada kelas V, guru BK tidak langsung memberikan bimbingan kepada anak yang merasa kesulitan. Guru akan melihat terlebih dahulu dari hasil pembelajaran atau dari apa yang telah diajarkan oleh guru. Jika ada anak yang baik dalam belajarnya akan diberi pengayaan dan untuk yang kurang di beri bimbingan. Bimbingan yang diberikan guru kepada siswa yaitu berupa bimbingan secara individu. Biasanya bimbingan dilakukan di kelas pada waktu istirahat atau menggunakan 15 menit dari waktu istirahat siswa tetapi jika anaknya merasakan kesulitan yang sangat tinggi, maka bimbingan akan diberikan di dalam riang husus BK yang berupa les atau bimbingan belajar. Hasilnya siswa mendapatkan perubahan dan kemajuan yang lebih baik.
Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling MI Darul Ulum yang ada siswa cukup aktif terlibat dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling. Siswa tidak hanya di bimbing jika ada masalah, tapi terkadang mereka dengan kesadaran sendiri berkonsultasi dengan guru atau sekedar curhat. Biasanya siswa menceritakan tentang kondisi rumah dan yang lainnya. Tetapi kebanyakan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di MI Darul Ulum bersifat kuratif jadi jika masalah baru muncul baru diatasi.
Dengan adanya bimbingan dan konseling guru-guru merasa sadar betul akan pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling. Karena menurut mereka dengan adanya Bimbingan dan Konseling memberikan perubahan yang positif dalam arti ada kemajuan dan perubahan baik dari siswa, guru dan sekitarnya.

B.        Kesulitan Belajar yang dialami siswa MI Darul Ulum
Dari interview yang dilakukan di MI Darul Ulum, salah satu dari guru BK di MI Darul Ulum mengatakan bahwa konseling yang sering terjadi pada siswa MI Darul Ulum yaitu kesulitan belajar yang di alami anak itu sendiri. Dalam belajar, ada beberapa kesulitan belajar yang di alami anak-anak. Mereka mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan menghitung. Dan penyebabnya bukan karena mereka bodoh, tetapi karena ada gangguan persarafan. Ada tiga jenis kesulitan belajar yang paling banyak di alami peserta didik dilembaga MI Darul Ulum yaitu :
·         Kemampuan membaca
Yaitu kemampuan membaca anak berada dibawah kemampuan yang semestinya dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia, dan pendidikannya. Walaupun mengalami kesulitan belajar anak yang mengalami kesulitan membaca sebenarnya memiliki kelebihan masing-masing. Biasanya mereka sangat baik dibidang yang lain seperti musik, seni, grafis, dan aktifitas-aktifitas kreatif lainnya. Cara berpikir mereka adalah gambar, tidak dengan huruf, angka, symbol atau kalimat. Mereka juga baik dalam menghafal dan mengingat informasi.
·         Kemampuan berhitung
Berhitung atau matematika sering kali dianggap sebagai pelajaran menakutkan bagi sebagian besar siswa. Mereka menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Biasanya anak tidak memahami proses matematis, yang ditandai kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau symbol matematis. Matematika membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti pola-pola tertentu, anak yang kesulitan berhitung sulit mengikuti prosedur tersebut. Bisa jadi anak fobia matematika, adanya keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika.
·         Kemampuan menulis
Kelainan ini menghambat kemampuan meulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak ini sebenarnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
C.        Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar di MI Darul Ulum:
1.      Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan membaca :
a.       Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar.
b.      Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata-kata.
c.       Sulit mengeja suku kata atau kata secara benar.
2.      Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan menghitung :
a.          Sulit melakukan hitungan matematis.
b.          Sulit melakukan proses-proses hitungan matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, dan mengali.
c.          Sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
3.      Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan menulis :
a.       Ada ketidak konsistenan bentuk huruf dalam tulisan.
b.      Saat menulis penggunaan huruf besar dan kecilnya masih tercampur.
c.       Ukuran dan bentuk huruf dalam penulisannya tidak proporsional.
D.       Faktor-faktor penyebab dari kesulitan belajar di MI Darul Ulum :
1.      Faktor yang menyebabkan mengalami kesulitan membaca :
a.      Faktor keturunan
Kesulitan membaca cenderung terdapat pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang kidal. Karena biasanya cara berbicaranya tidak fasih/ kurang jelas seperti seorang anak yang tidak bisa membaca huruf “ R” tetapi malah dibaca huruf “L”.
b.          Problem pendengaran sejak dini
Apabila dalam 5 tahun pertama, seorang anak mengalami flu dan infeksi tenggorokan, maka kondisi ini dapat mempengaruhi pendengaran dan perkembangannya dari waktu ke waktu hingga dapat menyebabkan cacat.
c.          Faktor kombinasi
Factor kombinasi ini menyebabkan anak dengan gangguan kesulitan membaca menjadi parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan terus menerus.
2.      Faktor yang menyebabkan mengalami kesulitan menghitung :
a.        Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami kesulitan menghitung. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
b.         Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, pada umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep untuk menyelesaikan kalkulasi sistematis.
c.       Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak segera di atasi ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
3.      Faktor yang menyebabkan mengalami kesulitan menulis :
a.    kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami kesulitan menghitung. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
b.    Bermasalah dalam hal mengurutkan informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.



E.        Cara Mengatasi Problem Kesulitan Belajar
1.      Kesulitan membaca
Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak penderita kesulitan membaca dengan mengajar mereka membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka. Bagi orang tua, dapat melakukan beberapa cara seperti ini:
a.      Cobalah sisihkan waktu setiap hari untuk mempelajari anak membaca.
b.     Jangan melakukan sesuatu berlebihan pada saat pertama, mulailah dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.
c.      Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan Bantu untuk membenarkan kesalahan.
d.     Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari cerita dengan suara keras untuk memancing anak.
e.      Kemudian mintalah anak membaca terusan ceritanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
2.      Kesulitan berhitung
Untuk mengatasi problem kesulitan berhitung ada dua pendekatan yang mungkin kita lakukan yaitu kita dapat menawarkan beberapa bentuk penanganan matematika yang intensif atau dengan mengambil jalan pintas.

a.       Penanganan matematika yang intensif
Dapat kita lakukan dengan teknik “ individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya. Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang mengalami kesulitan berhitung.
b.    Mengambil jalan pintas
Memberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan problem kesulitan berhitung ini juga dapat diberikan kalkulator untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem kesulitan menghitung tidak memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
2.      Kesulitan menulis
             Pendekatan yang terbaik untuk anak yang mengalami kesulitan menulis adalah dengan mengambil jalan pintas atas problem tersebut yaitu dengan menggunakan teknologi untuk memberikan kesempatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya. Sebagai ganti menulis dengan tangannya, anak-anak dapat meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau memnta ijin mengkopi catatan anak lain yang memiliki tulisan tangan yang bagus. Mereka dapat mengandalkan teman tersebut dan mengandalkan buku teks untuk belajar.






















BAB IV
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala potensi sedangkan konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan oleh seorang konselor kepada klien yang bermasalah melalui proses tatap muka langsung untuk menyelesaikan masalah yang dialami klien sampai dengan selesai.
Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling terdiri dari landasan Bimbingan Konseling, tujuan Bimbingan dan Konseling, pendekatan Bimbingan dan Konseling prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling,azas-azas Bimbingan dan Konseling,fungsi dan layanan Bimbingan dan Konseling, layanan Bimbingan dan Konseling
Di Madrasah Ibtidaiyah, umumnya pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling telah berjalan namun sekolah tidak memiliki program Bimbingan dan Konseling.
Masalah-masalah belajar yang biasa dialami siswa adalah kesulitan dalam bebrapa mata pelajaran.
B.        Saran 
Sebaiknya setiap sekolah memiliki program Bimbingan dan Konseling agar kegiatan Bimbingan dan Konseling bisa terencana dan teroganisir juga berjalan sesuai dengan program yang telah ada. Seharusnya juga setiap sekolah memilki ruangan Bimbingan dan Konseling atau setidaknya tenaga ahli atau guru khusus Bimbingan dan Konseling agar bimbingan lebih bisa terarah. Jika tidak sebaiknya pemerintah memberikan pelatihan terhadap guru-guru tentang Bimbingan dan Konseling agar guru-guru lebih paham dan mengerti Bimbingan dan Konseling dan pentingnya Bimbingan dan Konseling hususnya terhadap guru Sekolah Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

·         Darwis, Abu. (2006). Pengubahan Perilaku Menyimpang Murid Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan
·         Hoesein. (1993). Pedoman Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Proyek Pembinaan Karier Guru dan Pengendalian Mutu Tenaga Pendidikan.
·         Kartadinata, Sunaryo. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
·         M. Ludin, Abu Bakar. (2010). Dasar-dasar Konseling. Bandung. Cipta pustaka Media Perintis
·         Setiawati. Chudari. (2007). Bimbingan dan Konseling. Bandung : UPI Press.